DISKRIMINASI

Diskriminasi adalah sikap membedakan secara sengaja terhadap golongan-golongan yang berhubungan dengan kepentingan tertentu. Pembedaan tersebut biasanya didasarkan pada agama, etnis, suku, dan ras. Diskriminasi cenderung dilakukan oleh kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas.

 > Faktor Penyebab Diskriminasi :

Pembedaan ini terjadi karena manusia adalah makhluk sosial yang secara alami             ingin berkumpul dengan orang yang memiliki kemiripan yang sama. Prasangka       seringkali didasari pada ketidakpahaman, ketidakpedulian pada kelompok lain, atau     ketakutan atas perbedaan.

Ø  Contoh nya :

Diskriminasi Rasial, Persoalan Mendasar di Papua

 

Pengadilan Negeri Balikpapan, Kalimantan Timur pada 17 Juni 2020 menjatuhkan vonis di bawah satu tahun penjara terhadap tujuh aktivis Papua yang didakwa melakukan makar. Majelis hakim memutus mereka bersalah karena terlibat demonstrasi anti-rasisme di Papua pada Agustus tahun lalu.

Ketujuh aktivis Papua tersebut adalah Ketua II Badan Legislatif United Liberation Movement for West Papua Buchtar Tabuni divonis 11 bulan (tuntutan 17 tahun), Ketua Umum Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Agus Kossay divonis 11 bulan (tuntutan 15 tahun).

Sementara Ketua KNPB Mimika Stefanus Itlay divonis 11 bulan (tuntutan 15 tahun), Presiden BEM Universitas Sains dan Teknologi Jayapura Alexander Gobay divonis 10 bulan (tuntutan 10 tahun), mantan Ketua BEM Universitas Cenderawasih Ferry Kombo divonis 10 bulan (tuntutan 5 tahun), mahasiswa Universitas Cendrawasih Hengky Hilapok divonis 10 bulan (tuntutan 5 tahun), dan mahasiswa Universitas Cendrawasih Irwanus Uropmabin divonis 10 bulan (tuntutan 5 tahun).


Kasus mereka menjadi polemik karena didakwa menggunakan pasal makar, yang bagi kalangan aktivis hak asasi manusia merupakan pasal karet.


Dalam diskusi bertajuk “Tahanan Politik Papua: Benarkah Mereka Makar?” yang digelar secara virtual di Jakarta, Sabtu lalu (20/6), Dr Adriana Elizabeth dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menjelaskan persoalan dasar yang menjadi sumber konflik di Papua adalah diskriminasi rasial terhadap orang asli Papua.

Dalam kesempatan yang sama intelektual muda dari Papua, Otis Tabuni, mengatakan tindakan rasisme terhadap sekelompok mahasiswa Papua di Surabaya tahun lalu, telah mengganggu harkat warga Papua secara umum.

"Persoalan rasisme di Surabaya yang dengan sebutan monyet dan sebagainya itu merupakan gangguan terhadap harkat. Kalau bicara harkat maka di situ ada martabat. Kalau bicara martabat maka disitu ada nilai. Kalau bicara soal nilai maka di situ ada kedudukan. Oleh sebab itu bagi saya, persoalan rasisme di Surabaya merupakan gangguan terhadap harkat dan martabat manusia Papua," ujar Otis.

Ia menilai sangat wajar warga Papua di Papua atau luar Papua mengungkapkan kemarahan mereka lewat demonstrasi dan ia tidak setuu jika tujuh aktivis Papua kemudian diadili dengan tudingan merencanakan makar terhadap pemerintah Indonesia.

Otis juga meminta pemerintah menghapus stigma separatis dialamatkan kepada aktivis Papua yang memperjuangkan hak-hak warga Papua. Dia menambahkan apa yang diperjuangkan ketujuh aktivis Papua yang ditangkap di Surabaya merupakan perjuangan untuk menciptakan kesetaraan ras.

Dalam kesempatan yang sama intelektual muda dari Papua, Otis Tabuni, mengatakan tindakan rasisme terhadap sekelompok mahasiswa Papua di Surabaya tahun lalu, telah mengganggu harkat warga Papua secara umum.

"Persoalan rasisme di Surabaya yang dengan sebutan monyet dan sebagainya itu merupakan gangguan terhadap harkat. Kalau bicara harkat maka di situ ada martabat. Kalau bicara martabat maka disitu ada nilai. Kalau bicara soal nilai maka di situ ada kedudukan. Oleh sebab itu bagi saya, persoalan rasisme di Surabaya merupakan gangguan terhadap harkat dan martabat manusia Papua," ujar Otis.

Ia menilai sangat wajar warga Papua di Papua atau luar Papua mengungkapkan kemarahan mereka lewat demonstrasi dan ia tidak setuu jika tujuh aktivis Papua kemudian diadili dengan tudingan merencanakan makar terhadap pemerintah Indonesia.

Otis juga meminta pemerintah menghapus stigma separatis dialamatkan kepada aktivis Papua yang memperjuangkan hak-hak warga Papua. Dia menambahkan apa yang diperjuangkan ketujuh aktivis Papua yang ditangkap di Surabaya merupakan perjuangan untuk menciptakan kesetaraan ras.

 Dalam kesempatan yang sama intelektual muda dari Papua, Otis Tabuni, mengatakan tindakan rasisme terhadap sekelompok mahasiswa Papua di Surabaya tahun lalu, telah mengganggu harkat warga Papua secara umum.

"Persoalan rasisme di Surabaya yang dengan sebutan monyet dan sebagainya itu merupakan gangguan terhadap harkat. Kalau bicara harkat maka di situ ada martabat. Kalau bicara martabat maka disitu ada nilai. Kalau bicara soal nilai maka di situ ada kedudukan. Oleh sebab itu bagi saya, persoalan rasisme di Surabaya merupakan gangguan terhadap harkat dan martabat manusia Papua," ujar Otis.

Ia menilai sangat wajar warga Papua di Papua atau luar Papua mengungkapkan kemarahan mereka lewat demonstrasi dan ia tidak setuu jika tujuh aktivis Papua kemudian diadili dengan tudingan merencanakan makar terhadap pemerintah Indonesia.

Otis juga meminta pemerintah menghapus stigma separatis dialamatkan kepada aktivis Papua yang memperjuangkan hak-hak warga Papua. Dia menambahkan apa yang diperjuangkan ketujuh aktivis Papua yang ditangkap di Surabaya merupakan perjuangan untuk menciptakan kesetaraan ras.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Sistem Informasi dan Teknologi sampai saat ini

Information Technology Infrastructure Library (ITIL)

MANUSIA DALAM INDIVIDU, DALAM KELUARGA, DALAM LINGKUNGAN HIDUP DAN DALAM LINGKUNGAN KAMPUS.