Masyarakat Perkotaan dan Masyarakat Pedesaan
Masyarakat Perkotaan dan Masyarakat Pedesaan
Masyarakat
dapat mempunyai arti yang luas dan sempit. Dalam arti luas masyarakat adalah keseluruhan
hubungan-hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan,
bangsa dan sebagainya. Atau dengan kata lain kebulatan dari semua perhubungan
dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat adalah sekelompok
manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya territorial, bangsa,
golongan dan sebagainya. Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua
komunitas yang terpisah sama sekali satu sama lain.
Bahkan
dalam keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang erat,
bersifat ketergantungan, karena diantara mereka saling membutuhkan. Kota
tergantung pada desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan
sperti beras, sayur mayur, daging, ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga
kasar bagi jenis-jenis pekerjaan tertentu di kota misalnya saja buruh bangunan
dalam proyek-proyek perumahan, proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya
atau jembatan. Mereka biasanya adalah pekerja-pekerja musiman.
Sebaliknya,
kota menghasilkan barang-barang yang juga diperlukan oleh orang desa seperti
bahan-bahan pakaian, alat dan obat pembasmi hama pertanian, minyak tanah,
obat-obatn untuk memelihara kesehatan dan transportasi. Dalam kenyataannya hal
ideal tersebut kadang-kadang tidak terwujud karena adanya beberapa pembatas.
Jumlah penduduk semakin meningkat, tidak terkecuali di pedesaan. Padahal luas
lahan pertanian dan tanah sulit bertambah, terutama didaerah yang seudah lama
berkembang seperti Pulau Jawa.
Peningkatan
jumlah penduduk tanpa diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja ini pada
akhirnya berakibat bahwa di pedesaan terdapat banyak orang yangtidak mempunyai
mata pencaharian tetap. Mereka merupakan pengangguran, baik sebagai
pengangguran penuh maupun setengah penuh. Perkembangan kota merupakan
manifestasi dari pola-pola kehidupan sosial, ekonomi, kebudayaan dan politik.
Kesemuanya akan tercermin dalam komponen-komponen yang membentuk stuktur kota
tersebut.
A. Pengertian
Tentang Masyarakat
Masyarakat
(sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk
sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar
interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut.
Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan
antar entitas-entitas.
Masyarakat
adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain).Umumnya,
istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama
dalam satu komunitas yang teratur.
Pengertian
Masyarakat Beberapa definisi mengenai masyarakat dari para sarjana, seperti
misalnya :
1. R.Linton : masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berpikir tentang dirinya dalam kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
2.
MJ.Herkovits
3. J.L.Gilian
4.
S.R.Steinmetz
5.
Hasan Sadily
B. Masyarakat
Desa
Pengertian desa/pedesaan
Yang
dimaksud dengan desa menurut Sutardjo Kartodikusuma mengemukakan sebagai
berikut: Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat
pemerintahan tersendiri
Menurut
Bintaro, desa merupakan perwujudan atau
kesatuan goegrafi, sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat
itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan
daerah lain.
Sedangkan menurut Paul H. Landis : Desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri ciri sebagai berikut :
a.) mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal
mengenal antara ribuan jiwa.
b.) Ada pertalian perasaan yang sama tentang
kesukaan terhadap kebiasaan
c.) Cara
berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam
seperti : iklim, keadaan alam , kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan
agraris adalah bersifat sambilan
Dalam
buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi “Talcot
Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional
(Gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri sebagai berikut :
a. Afektifitas
ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan.
Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati
terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
b. Orientasi
kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka
mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya
semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
c. Partikularisme
pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus
untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan
kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu
saja.(lawannya Universalisme)
d. Askripsi
yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh
berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan
yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).
e. Kekabaran
(diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi
tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa
tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat
Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya
tanpa pengaruh dari luar.
C. Masyarakat
Kota
Pengertian
Kota/Perkotaan
Seperti
halnya desa, kota juga mempunyai pengertian yang bermacam- macam seperti
pendapat beberapa ahli berikut ini.
- Wirth : Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
- Max Weber : Kota menurutnya, apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal.
- Dwigth Sanderson : Kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih.
Dari beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri- ciri mendasar yang sama. Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah atau lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur pemerintahan.
Menurut konsep Sosiologik sebagian Jakarta dapat disebut Kota,6 karena memang gaya hidupnya yang cenderung bersifat individualistik. Marilah sekarang kita meminjam lagi teori Talcott Parsons mengenai tipe masyarakat kota yang diantaranya mempunyai ciri-ciri :
a). Netral Afektif
Masyarakat
Kota memperlihatkan sifat yang lebih mementingkat Rasionalitas dan sifat
rasional ini erat hubungannya dengan konsep Gesellschaft atau Association.
Mereka tidak mau mencampuradukan hal-hal yang bersifat emosional atau yang
menyangkut perasaan pada umumnya dengan hal-hal yang bersifat rasional, itulah
sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya.
b). Orientasi Diri
Manusia
dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan dirinya sendiri, pada
umumnya dikota tetangga itu bukan orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan
dengan kita oleh karena itu setiap orang dikota terbiasa hidup tanpa
menggantungkan diri pada orang lain, mereka cenderung untuk individualistik.
c). Universalisme
Berhubungan
dengan semua hal yang berlaku umum, oleh karena itu pemikiran rasional
merupakan dasar yang sangat penting untuk Universalisme.
D. Permasalahan Pembangunan di desa dan di kota
Upaya
pembangunan perdesaan telah dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat melalui berbagai kebijakan dan program-program yang telah
ditetapkan. Upaya-upaya itu telah menghasilkan berbagai kemajuan yang dirasakan
oleh sebagian masyarakat perdesaan. Namun, masih banyak wilayah perdesaan yang
belum berkembang secepat wilayah lainnya. Pembangunan perdesaan merupakan bagian
yang penting dari pembangunan nasional, mengingat kawasan perdesaan yang masih dominan
(82% wilayah Indonesia adalah perdesaan) dan sekitar 50% penduduk Indonesia
masih tinggal di kawasan perdesaan. Pembangunan perdesaan bersifat multi
dimensional dan multisektor. Oleh karena itu, diperlukan keterpaduan dan
keterkaitan dalam pelaksanaannya. Secara administratif, jumlah desa yang ada di
Indonesia terus bertambah. Pada tahun 2008 terdapat 67.245 desa dan hanya 7.893
kelurahan (BPS, 2008) dibandingkan pada tahun 2005 yaitu 61.409 desa dan 7.365
kelurahan (Statistik Potensi DesaBPS 2005). Dalam rangka melakukan percepatan
pembangunan perdesaan, telah dan akan terus dilakukan berbagai program dan kegiatan
yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan, pengurangan kemiskinan,
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pelibatan masyarakat dalam proses
pengelolaan pembangunan perdesaan.
Berbagai
upaya terus dilakukan secara bertahap yaitu melalui kegiatan peningkatan
kapasitas aparat pemerintahan desa dan kelurahan, peningkatan kapasitas
kelembagaan, pelatihan masyarakat, pemberdayaan adat dan sosial budaya
masyarakat, peningkatan usaha ekonomi masyarakat, serta pemanfaatan sumber daya
alam dan teknologi tepat guna. Upaya lainnya berupa peningkatan usaha ekonomi masyarakat
melalui pengembangan ekonomi lokal dengan meningkatkan kegiatan ekonomi
produktif masyarakat dan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat dalam rangka
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
E. Perbedaan
Masyarakat di desa dan di kota
Permasalahan yang dihadapi dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan dapat dimasukkan ke dalam
beberapa permasalahan utama sebagai berikut (1) masih kurang berkembangnya
kehidupan masyarakat perdesaan karena terbatasnya akses masyarakat perdesaan,
terutama kaum perempuan, ke sumber daya produktif, seperti lahan, permodalan,
infrastruktur, dan teknologi serta akses terhadap pelayanan publik dan pasar;
(2) masih terbatasnya pelayanan prasarana dan sarana permukiman perdesaan,
seperti air minum, sanitasi, persampahan, dan prasarana lingkungan lain; (3)
masih terbatasnya kapasitas kelembagaan pemerintahan di tingkat lokal dan
kelembagaan sosial ekonomi untuk mendukung peningkatan sumber daya pembangunan
perdesaan; dan (4) masih kurangnya keterkaitan antara kegiatan ekonomi
perkotaan dan perdesaan yang mengakibatkan makin meningkatnya kesenjangan
ekonomi dan kesenjangan pelayanan infrastruktur antarwilayah.
Dalam lingkup sektor pertanian sendiri,
masih terbatas upaya-upaya untuk beralih ke komoditas bernilai ekonomi tinggi,
serta belum dioptimalkannya pertanian lahan kering yang relatif lebih kecil
kebutuhan investasi prasarana pendukungnya. Dalam lingkup yang lebih
besar, belum mantapnya alih peran dan tanggung jawab dalam sektor-sektor yang
terkait dengan pembangunan perdesaan seiring dengan desentralisasi
mengakibatkan pembangunan prasarana perdesaan kurang mendapatkan perhatian yang
memadai. Di sisi lain, terjadinya bencana alam yang bertubi-tubi, seperti
halnya di NAD dan Nias, memiliki kontribusi yang tidak kecil dalam memperburuk
kapasitas infrastruktur perdesaan yang telah dibangun di banyak wilayah di
Indonesia.
Permasalah yang dihadapi dalam
pembangunan Desa umumnya berada pada masalah sturktural dan sosial budaya.
Adapun masalah yang dihadapi dalam upaya pembanguna di Desa yaitu :
A.) Masalah Sosial Budaya
1. Rendahnya tingkat pendidikan
Sarana pendidikan masyarakat di desa cenderung rendah.
Masyarakat di desa umumnya hanya berpendidikan SD, SMP dan SMA. Hal ini
disebabkan karena masyarakat belum mengetahui seberapa besar pentingnya
pendidikan untuk dirinya. Apabila setelah menyelesaikan pendidikan hingga SMA
atau lebih buruk hanya sampai SD saja orang tua akan menikahkan anak-anaknya
sehingga masa depan pendidikan generasi penerus bangsa menjadi terputus dan hal
ini menyebabkan mereka hanya bergelut pada lingkar kemiskinan karena minimnya pendidikan.
Rendahnya pendidikan ini juga menjadi menjadi akar permasalahan bahwa kurangnya
inisiatif masyarakat dalam menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan mereka.
Mereka hanya memikirkan bagaimana caranya agar tetap mempertahankan hidup tanpa
memikirkan bagaimana nasib generasi penerus bangsa di masa yang akan mendatang.
2.
Minimnya
sarana dan prasarana di pedesaan
Salah satu penyebab daerah pedesaan masih terisolasi atau
tertinggal adalah masih
minimnya prasarana dan sarana
transportasi yang membuka akses daerah pedesaan dengan daerah lainnya. Kondisi
prasarana dan sarana transportasi yang minim berkontribusi terhadap
keterbelakangan ekonomi daerah pedesaan. Secara umum, masyarakat daerah
pedesaan menghasilkan jenis produk yang relatif sama, sehingga transaksi jual
beli barang atau produk antar sesama penduduk di suatu desa relatif kecil.
Dalam kondisi prasarana dan sarana transportasi yang minim, produk yang
dihasilkan masyarakat daerah pedesaan sulit untuk diangkut dan dipasarkan ke
daerah lain. Jika dalam kondisi seperti itu, masyarakat daerah pedesaan
menghasilkan produk pertanian dan non pertanian dalam skala besar, maka produk
tersebut tidak dapat diangkut dan dipasarkan ke luar desa dan akan menumpuk di
desa.
3.
Terbatasnya
lapangan pekerjaan di pedesaan
Indonesia sebagai negara agraris
sampai saat ini dapat dilihat dari besarnya jumlah penduduk yang masih
mengandalkan penghasilannya serta menggantungkan harapan hidupnya pada sektor
pertanian. Dominasi sektor pertanian sebagai matapencaharian penduduk dapat
terlihat nyata di daerah pedesaan. Sampai saat ini lapangan kerja yang tersedia
di daerah pedesaan masih didominasi oleh sektor usaha bidang pertanian.
Kegiatan usaha ekonomi produktif di daerah pedesaan masih sangat terbatas ragam
dan jumlahnya, yang cenderung terpaku pada bidang pertanian (agribisnis).
Aktivitas usaha dan matapencaharian utama masyarakat di daerah pedesaan adalah
usaha pengelolaan/ pemanfaatan sumber daya alam yang secara langsung atau tidak
langsung ada kaitannya dengan pertanian.
B.) Masalah ekonomi
Jika di daerah perkotaan geliat
perekonomian begitu fenomenal dan pantastis. Sebaliknya, hal yang berbeda
terjadi di daerah pedesaan, dimana geliat perekonomian berjalan lamban dan
hampir tidak menggairahkan. Roda perekonomian di daerah pedesaan didominasi
oleh aktivitas produksi. Aktivitas produksi yang relatif kurang beragam dan
cenderung monoton pada sektor pertanian (dalam arti luas : perkebunan,
perikanan, petanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, kehutanan, dan
produk turunannya). Kalaupun ada aktivitas di luar sektor pertanian jumlah dan
ragamnya masih relatif sangat terbatas.
Aktivitas perekonomian yang ditekuni
masyarakat di daerah pedesaan tersebut sangat rentan terhadap terjadinya
instabilitas harga. Pada waktu dan musim tertentu produk (terutama produk
pertanian) yang berasal dari daerah pedesaan dapat mencapai harga yang begitu
tinggi dan pantastik.
Meskipun penduduk di daerah pedesaan
mayoritas bermatapencaharian sebagai petani, namun tidak semua petani di daerah
pedesaan memiliki lahan pertanian yang memadai. Banyak diantara mereka memiliki
lahan pertanian kurang dari 0,5 hektar, yang disebut dengan istilah petani
gurem. Lebih ironis lagi, sebagian dari penduduk di daerah pedesaan yang
malah tidak memiliki lahan pertanian garapan sendiri. Mereka berstatus sebagai
petani penyewa, penggarap atau sebagai buruh tani. Petani penyewa adalah para
petani yang tidak memiliki lahan pertanian garapan milik sendiri melainkan
menyewa lahan pertanian milik orang lain. Petani penggarap adalah para petani
yang tidak memiliki lahan pertanian garapan milik sendiri melainkan menggarap
lahan pertanian milik orang lain dengan sistem bagi hasil atau lainnya. Buruh
tani adalah petani yang tidak memiliki lahan pertanian garapan milik sendiri
melainkan bekerja sebagai buruh yang menggarap lahan pertanian milik orang lain
dengan memperoleh upah atas pekerjaannya.
C.) Masalah Geografis
Di Indonesia
mempunyai tingkat kesuburan tanah yang berbeda disetiap wilayah. Tingkat
kesuburan tanah juga sangat berpengaruh dalam pembangunan desa, desa yang
mempunyai keadaan tanah yang subur cenderung akan mempengaruhi hasil tani yang
akan dihasilkan. Semakin baik dan banyak hasil tani yang dihasilkan oleh desa
tersebut maka akan sangat mempengaruhi dari pendapatan masayarakat itu sendiri.
Semakin besar pendapatan masyarakat maka pertumbuhan ekonomi didesa tersebut
akan semakin baik.
Letak wilayah desa juga sangat
mempengaruhi dari pembangunan desa itu sendiri. Desa yang yang letak wilayahnya
lebih strategis yang dalam hal ini dekat dengan peradaban kota akan berbeda
dengan desa yang letaknya sulit dijangkau. Desa yang letaknya sulit dijangkau
akan cenderung akan mengalami pembangunan ekonomi yang lambat. Hal ini
disebabkan karena sulitnya akses pemerintah dan dunia luar untuk menjangkaunya.
Jadi letak desa yang strategis juga sangat berpengaruh dalam pembangunan desa
itu sendiri.
F. Konflik yang terjadi pada perkotaan dan
pedesaan
Konflik
yang terjadi pada perkotaan dan pedesaan yaitu
Konflik
di desa :
1.)
perebutan lahan antara masyarakat dgn perusahaan perkebunan besar
2.)
Sertifikat tanah ganda, karena memiliki banyak pemilik.
Konflik
di kota :
1.
Perebutan lahan parkir
2.
Pemakaian lahan fasilitas umum oleh masyarakat, seperti pemukiman di sepanjang
sungai, berdagang di atas trotoar, dan lain lain.
G. Kontraversi yang terjadi pada perkotaan dan
pedesaan
Interaksi
merupakan hubungan timbal balik yang saling berpengaruh antara dua wilayah atau
lebih. Hubungan tersebut menimbulkan gejala, ketampakan, ataupun permasalahan
baru. Kota dan desa juga melakukan interaksi secara langsung maupun tidak
langsung.
H. Kompetisi yang terjadi pada perkotaan dan
pedesaan
1.
Ketimpangan desa dan kota Bentuk ketimpangan ini ditandai dengan adanya arus
urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota, yang menyebabkan
tingkat kesejahteraan di perdesaan menurun dan meningkatkan jumlah pemukiman
kumuh, kriminalitas, serta pengangguran di kota.
2.
Kesenjangan kualitas sumber daya manusia Kesenjangan pembangunan diri manusia
menyebabkan ada sebagian orang memiliki kesempatan untuk mengembangkan
kapasitasnya dan ada juga yang tidak. Situasi ini bisa terjadi karena belum meratanya
akses terhadap pendidikan berkualitas.
3.
Ketimpangan antargolongan sosial ekonomi Bentuk kesenjangan sosial ini
diperlihatkan dengan semakin meningkatnya ketimpangan ekonomi di antara
golongan-golongan dalam masyarakat. Kesenjangan ekonomi tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu: Menurunnya pendapatan per kapita akibat pertumbuhan
penduduk yang relatif tinggi tanpa diiringi peningkatan produktivitas.
Ketidakmerataan hasil pembangunan antardaerah. Rendahnya mobilitas sosial
akibat sikap mental tradisional yang kurang menyukai persaingan dan kurang
usaha. Hancurnya industri kerajinan rakyat akibat monopoli pengusaha bermodal
besar
I. Kegiatan
pada masyarakat pedesaan
Di
kehidupan masyarakat desa Indonesia mempunyai sistem kehidupan pada umumnya berkelompok
dengan dasar kekeluargaan. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan mempunyai
pekerjaan sebagai petani. Pekerjaan-pekerjaan yang di luar pertanian merupakan
pekerjaan sambilan yang biasa mengisi waktu luang. Masyarakat pedesaan di
Indonesia bersifat homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat
istiadat, dan sebagainya. Selain itu, kehidupan masyarakat pedesaan di
Indonesia identik dengan dengan istilah gotong-royong yang merupakan kerja sama
untuk mencapai kepentingan-kepentingan bersama.
A. Kesimpulan
Manusia
menjalani kehidupan didunia ini tidaklah bisa hanya mengandalkan dirinya
sendiri dalam artian butuh bantuan dan pertolongan orang lain , maka dari itu
manusia disebut makhluk sosial, Oleh karena itu kehidupan bermasyarakat
hendaklah menjadi sebuah pendorong atau sumber kekuatan untuk mencapai
cita-cita kehidupan yang harmonis, baik itu kehidupan didesa maupun
diperkotaan. Tentunya itulah harapan kita bersama, tetapi fenomena apa yang
kita saksikan sekarang ini, jauh sekali dari harapan dan tujuan pembangunan
Nasional negara ini, kesenjangan Sosial, yang kaya makin Kaya dan yang Miskin
tambah melarat , mutu pendidikan yang masih rendah, orang mudah sekali membunuh
saudaranya (dekadensi moral ) hanya karena hal sepele saja, dan masih banyak
lagi fenomena kehidupan tersebut diatas yang kita rasakan bersama, mungkin juga
fenomena itu ada pada lingkungan dimana kita tinggal.
Sehubungan
dengan itu, barangkali kita berprasangka atau mengira fenomena-fenomena yang
terjadi diatas hanya terjadi dikota saja, ternyata problem yang tidak jauh beda
ada didesa, yang kita sangka adalah tempat yang aman, tenang dan berakhlak
(manusiawi), ternyata telah tersusupi oleh kehidupan kota yang serba boleh dan
bebas itu disatu pihak masalah urbanisasi menjadi masalah serius bagi kota dan
desa, karena masyarakat desa yang berurbanisasi ke kota menjadi masyarakat
marjinal dan bagi desa pengaruh urbanisasi menjadikan sumber daya manusia yang
produktif di desa menjadi berkurang yang membuat sebuah desa tak maju bahkan
cenderung tertinggal.
B. Saran
Pembangunan
Wilayah perkotaan seharusnya berbanding lurus dengan pengembangan wilayah desa yang berpengaruh besar terhadap pembangunan kota. Masalah yang terjadi di kota tidak terlepas karena adanya problem
masalah yang terjadi
di desa, kurangnya
sumber daya manusia yang produktif akibat urbanisasi
menjadi masalah yang pokok untuk diselesaikan dan paradigma yang sempit bahwa dengan mengadu
nasib dikota maka kehidupan menjadi
bahagia dan sejahtera
menjadi masalah serius.
Problem itu tidak akan menjadi masalah serius apabila pemerintah lebih fokus terhadap
perkembangan dan pembangunan desa tertinggal dengan membuka lapangan
pekerjaan dipedesaan sekaligus
mengalirnya investasi dari
kota dan juga menerapkan desentralisasi otonomi daerah yang memberikan keleluasaan kepada seluruh
daerah untuk mengembangkan potensinya menjadi lebih baik, sehingga kota dan desa saling
mendukung dalam segala aspek kehidupan.
Komentar
Posting Komentar